Sejak memasuki usia dua tahun Acid mulai terbiasa masuk barbershop alias salon pangkas. Kali ini kami mendatangi tukang pangkas di simpang Neusu. Awalnya ada rasa takut, karena Acid tak terbiasa mendengar suara ragum atau gunting elektrik yang terdengar jelas di telinganya saat si tukang pangkas merapikan rambutnya.
Tapi lama kelamaan, Acid mulaiterbiasa dan mengerti. Saat dipangkas, ia ingin abunya ada di samping. Sisa potongan rambut yang menempel di kain dan mengenakan kulit, sangat membuat Acid risih, gatal dan geli.
Jadi sedapat mungkin saya harus sigap membersihkannya agar tidak membuat Acid rewel. Sedapat mungkin kami memilih barbershop yang dilengkapi air conditioner (AC) agar Acid tidak gerah. Soal model, saya lebih suka rambut Acid tidak pangkas terlalu tipis agar bisa terlihat stylish dan bisa disisir rapi. Saya juga tak mengizinkan tukang pangkas mencukur bulu halus yang tumbuh liar si sekitar leher. Sebetulnya hanya takut saja. Jadi hanya dirapikan saja, bukan dengan mencukurnya habis.
Sebelumnya saya yang memangkas sendiri rambut Acid. Bundanya yang menggendong dan saya yang merapikan. Tapi kayaknya susah sekali, karena Acid rewel dan butuh waktu lebih satu jam. Akhirnya kami memilih membawa Acid ke barber shop meski harus mengeluarkan uang Rp 20 ribu untuk sekali pangkas.
Editor's Choice
Tidak ada komentar:
Posting Komentar