Rupa-rupa Rasa di Festival Kopi - ansaridaily

Mobile Menu

Top Ads

Berita Terbaru

logoblog

Rupa-rupa Rasa di Festival Kopi

4/14/2021


Teuku Hilta tampak sibuk melayani pengunjung. Tangannya cekatan menyeduh bergelas-gelas kopi di atas sebuah wadah sederhana. Ada dalam ukuran gelas kecil, maupun sedang. Setiap satu gelas selesai, Reza Jimmy, rekan kerjanya segera mengantar ke pemesan. 

 

Kopi racikan Teuku Hilta terbilang unik. Disajikan dalam gelas terbalik. Bisa diminum dengan mengangkat atau memiringkan gelas. Cara lain, menyeruputnya dengan sedotan. Para penikmat kopi menyebutnya kopi khop. Atau dalam bahasa Indonesia berarti "kopi telungkup". 

 

"Kalau dilihat dari sejarah, kopi khop ini berasal dari Meulaboh," kata Teuku Hilta. 

 

Saat ditemui lelaki yang masih berstatus mahasiswa ini membuka lapak "Kopi Khop" miliknya di Lapangan Blang Padang saat berlangsung Festival Kopi Banda Aceh 18-21 Oktober 2019. 

 

Pada sore yang mendung itu, event Festival Kopi Banda Aceh 2019 ramai dikunjungi, tak hanya warga lokal, tapi juga wisatawan nasional dan mancanegara. Karena keunikannya, stan Kupi Khop milik Teuku Hilta  menjadi salah satu daya tarik pengunjung dalam festival tahunan yang dihelat Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh.

 

Kupi Khop disajikan dalam beberapa varian. Ada kopi original dalam gelas kecil, ada pula kopi campur susu ditambah es dalam gelas sedang. Saat diseduh, biji kopi tampak mengapung di atas gelas dalam ukuran yang agak kasar. 

 

"Kita gunakan kopi robusta, cuma roasting-nya berbeda. Satu biji kopi dibelah empat. Itulah yang membuat biji kopi kelihatan mengapung di atas saat diseduh air," jelasnya. 

 

Banda Aceh Coffee Fest 2019 mengusung tema ‘Aceh Coffee is The Taste of The World’ atau 'Kopi Aceh Selera Dunia'. Acara ini dibuka Wali Kota Banda Ace H Aminullah Usman, ditandai dengan me-roasting kopi secara tradisional di atas panggung utama di Lapangan Blangpadang. 

 

Agenda tahunan ini bertujuan mempromosikan kopi khas Aceh ke seluruh dunia, juga sebagai ajang untuk meningkatkan sektor ekonomi mikro di Banda Aceh. 

 

Berada di lokasi Banda Aceh Coffee Fest 2019 serasa bagai berada di 'rumah kopi' dengan rupa-rupa rasa dan cara meraciknya. Mulai rasa original, hingga citra rasa kopi modern yang kental dengan sentuhan modifikasi. 

 

"Saya rasa ini event yang sangat positif dari sisi menumbuhkan usaha warung kopi di Banda Aceh. Para pengunjung juga bisa tahu lebih banyak tentang jenis-jenis kopi dan cara meraciknya," ujarnya.

 

Seiring dengan perkembangan budaya ngopi di Aceh, para barista terus berinovasi dalam menciptakan varian kopi yang berbeda-beda. Unik dan mengikuti selera zaman dan pasar, menjadi salah satu pertimbangannya. Banyak pengusaha kedai kopi atau kafe di Aceh dewasa ini yang bereksplorasi melahirkan produk kopi atau varian kopi baru untuk menarik minat konsumen.

 

Selain Kopi Khop, sisi keunikan cara meracik kopi dan menyuguhkannya dengan cita rasa yang berbeda juga ditemui stan Kopi Pasir. Terbilang masih baru, dan unik. Kehadiran Kopi Pasir menarik banyak pengunjung. 

 

Sang barista, Ridwan menuturkan disebut kopi pasir karena media untuk memanaskan kopi hingga siap seduh menggunakan pasir laut. Mula-mula sebuah wadah berisi pasir diletakkan di atas drum minyak. Di bawahnya ada api dari kompor gas untuk memanaskan pasir. Setelah pasir panas, sebuah teko kecil terbuat dari logam yang diisi dengan air dan bubuk kopi diletakkan dalam pasir. Teko tadi-- juga biasa disebut ibrik yaitu alat untuk menyeduh kopi khas turki berukuran kecil dengan dasar yang lebar, mulut yang sempit, pegangan yang panjang--dibenamkan setengah dalam pasir sambil dibawa keliling wadah sampai airnya mendidih. 

 

Prosesnya diulang tiga atau empat kali sebelum kemudian dituang ke dalam cangkir-cangkir kecil yang disebut fincan. Menyeduh kopi menggunakan pasir yang dipanaskan ini merupakan metode sajian kopi tradisional asal Turki. Ridwan memperkenalkan metode seduhan kopi unik ini kepada pengunjung di stan BRO Coffee. Sedangkan sehari-hari ia membuka usahanya di Lamdhom, Banda Aceh. 

 

"Kalau untuk pasir kita ambil dari laut Lampuuk, sedangkan kopi dari Gayo, robusta dan arabika, dikombinasikan," ujarnya. Soal rasanya memang masih seperti kopi biasa. "Hanya saja rasanya lebih strong," ujar Ridwan. 

 

Sederet dengan BRO Coffee, ada stan Kala Berdua. Di sini banyak pengunjung berusia muda. Umumnya para mahasiswa yang suka dengan jenis kopi campuran. Seperti kopi campur alpukat atau Advocado Coffee. Kedai kopi Kala Berdua mengandalkan produk kopi andalannya, seperti es kopi kala berdua. Bahannya campuran antara gula aren dengan esspresso serta kopi kupas kismis (roasted bean). 

 

"Untuk kopi kupas kismis, biji kopinya dijemur setengah kering sehingga seperti kismis," tutur Saidil Ammar (20) dari manajemen Kala Berdua, yang sehari-hari membuka usahanya di Pango, Banda Aceh. 

 

Saidil menuturkan, sejauh ini umumnya pengunjung atau penikmat kopi di Banda Aceh relatif masih menyukai racikan kopi robusta. "Tapi kami ingin menunjukkan kalau arabika juga lebih sehat, dengan membiasakan minum kopi tanpa gula," ujarnya. 

 

Mengeliling satu per satu stan di arena Kopi Festival 2019 membawa pengunjung dalam rasa ingin tahu yang lebih besar. Tentang rasa dan rupa-rupa kopi yang lahir dan tersaji dari tangan para barista. Seperti halnya kopi original tanpa gula. Kopi jenis ini diracik menggunakan alat khusus V60. Metode seduh kopi menggunakan alat V60 mengandalkan saringan dan driper yang berbentuk kerucut. Diminum tanpa gula, membuat penikmat kopi V60 benar-benar menemukan cita rasa sempurna serupa kopi asli. Kopi jenis ini salah satunya ditemukan di stan Kedai Kopi Seirama. 

 

"Untuk menghasilkan kopi lewat menggunakan V60 ini sangat sulit, harus ada teknik sendiri dari barista dalam meraciknya," ujar Eki Aditya, barista di Kedai Kopi Seirama. 

 

Memang banyak cara untuk menyeduh kopi. Kopi tidak selamanya harus disajikan dalam keaslian cita rasanya yang khas; hitam pekat, atau cokelat susu. Di Kedai Kopi Kabuji kopi justru diolah menjadi sesuatu yang istimewa. Namanya es kopi durian. Menggabungkan antara kopi arabika dan ekstrak durian memang terasa sesuatu yang ekstrem di lidah. Kopi terasa agak pahit, sedangkan durian punya rasa dan aroma yang tajam. Tapi di Kedai Kopi Kabuji keduanya di-mix sedemikian rupa menjadi sesuatu yang khas, dan hasilnya sangat marketable. 

 

Indah, petugas pemasaran Kabuji mengatakan es kopi durian disajikan dalam keadaan dingin untuk menemukan cita rasanya yang khas. 

 

"Kalau disajikan dalam keadaan panas, bisa jadi nanti tidak sesuai dengan cita rasa kopinya. Jadi harus dalam kondisi dingin," ujar gadis ini. 

 

Mulanya, ide es kopi dingin terinspirasi dari buah durian dan kopi yang mudah ditemukan di Aceh. Kabuji kemudian memanfaatkan peluang ini menggabung keduanya menjadi varian kopi. 

 

"Untuk sekitar Banda Aceh es kopi durian masih tergolong baru, jadi kita buat inovasi, alhamdulillah respons konsumen lumayan suka, dan selain itu buah durian juga familiar dengan mereka," ujar Indah. 

 

Setahun belakangan sejak diluncurkan pertama kali, es kopi durian racikan Kabuji makin diminati pengunjung. Termasuk penikmat kopi lokal, maupun mancanegara. 

 

Lain Kabuji, lain pula Svara Sukma Coffee Space yang juga ikut memeriahkan event Festival Kopi Banda Aceh 2019. Stan ini menyuguhkan kopi susu pandan dan kopi susu aren. Kedua varian kopi ini menjadi andalan Svara Sukma Coffee Space dalam memenuhi selera para konsumen. "Meski dimix dengan daun pandan, tapi kita tidak tinggalkan rasa asli kopi. Antara aroma pandan dan susu diracik balance," sebut Fikar, dari manajemen Svara Sukma Coffee Space. 

 

Tidak dapat dipungkiri, Festival Kopi Banda Aceh telah memberi kontribusi tersendiri dalam mendorong geliat sektor pariwisata, dan ekonomi mikro. Rata-rata para pelaku kopi yang membuka stan di arena festival mengaku merasakan langsung peningkatan omzet hingga dua kali.

 

Di sis lain event Festival Kopi Banda Aceh 2019 telah melahirkan banyak inovasi dalam hal meracik kopi. Seperti halnya Svara Sukma Coffee Space dengan kopi susu pandan, Kabuji dengan es kopi durian, BRO Cofffe dengan kopi pasir, Kala Berdua dengan kopi kupas kismis, Kedai Kopi Seirama dengan V60 serta Kopi Khop dengan sajiannya yang unik. 

 

Rupa-rupa rasa dalam meracik kopi ini semakin mewarnai lakab Banda Aceh sebagai kota seribu warung kopi, di samping mengangkat derajat kopi Aceh menjadi cita rasa berkelas dunia. 

 

“Banda Aceh punya potensi wisata yang luar biasa. Ada destinasi wisata religi seperti Masjid Raya Baiturrahman, cagar budaya, wisata tsunami, dan wisata bahari lewat kerja sama Basajan. Semua potensi itu kemudian ditambah dengan adanya kopi yang menjadi pelengkap,” ujar Wali Kota Banda Aceh H Aminullah Usman.(*)



Editor's Choice

Tidak ada komentar:



Ansaridaily TV




Update Terkini


    Beranda