PANTAI Pasir Putih di Desa Lhok Mee, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar ternyata tak hanya menyimpan pesona eksotik akan keindahan pantainya.Namun di balik hamparan pasir laut putih dengan airnya yang jernih menyimpan satu tradisi warga atau nelayan setempat yang amat menarik yakni; memburu gurita!Pemandangan ini setidaknya saya lihat saat berekreasi bersama keluarga ke pantai itu 4 November lalu. Beberapa warga dan nelayan setempat tampak turun ke dasar bibir pantai yang dipenuhi terumbu karang.
Bila air pasang terumbu karang tempat gurita bersembunyi tidak begitu kelihatan, karena ditutupi air laut berwarna biru. Namun setelah air surut sekitar sore hari, terumbu karang yang sebelumnya hanya kelihatan samar-samar sudah jelas terlihat. Maka perburuan gurita pun dimulai.
Biasanya gurita yang diburu warga bersembunyi di dasar air di antara terumbu karang. Bagi pemburu yang sudah biasa, akan dengan mudah menemukan lokasi gurita bersembunyi. Setiap nelayan atau pemburu gurita hanya menggunakan satu besi kecil (stik) seukuran jari-jari sepeda motor. Setiap stik berukuran sekitar setengah meter yang ujungnya dibengkokkan. Para pemburu menyisir dimana ada ruang dalam terumbu karang, dengan memasukkan stik ke dalam rongga yang terdapat di antara terumbu karang tersebut.
Untuk mengetahui gurita ada dalam rongga terumbu karang, Si Pemburu perlu memasukkan stik dan kalau memang gurita bersembunyi di dalamnya, akan terasa kenyal. Nah, di sinilah para pemburu hewan moluska dari kelas Cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala) ini berusaha mengeluarkannya dari pesembunyian.
Tanda yang paling umum juga dapat diketahui, saat stik dimasukkan dalam rongga yang terbentuk di antara bongkahan karang, terkadang gurita mengeluarkan jeli (sejenis lendir) berwarna kecokelatan. Sekali seprot, permukaan air berubah jadi cokelat. Tanda ini semakin meyakinkan Si Pemburu memastikan gurita bersembunyi di dalam terumbu karang tersebut. Konon, jeli warna kecokelatan yang disemprotkan gurita adalah cara hewan yang memiliki 8 lengan (bukan tentakel) dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut dan menangkap mangsa--ini untuk menghilangkan jejak dari pemangsa atau musuhnya.
Biasanya para pemburu dapat dengan mudah menangkap gurita setelah diketahui bersembunyi di balik karang. Bagi pemburu yang sudah berpengalaman, hanya butuh waktu yang tidak terlalu lama untuk mengeluarkan gurita dari persembunyiannya. Namun ada pula yang kalah "pintar" gurita lolos dari incaran dan selamat.
Biasanya, setelah berhasil ditangkap, gurita melawan dengan melilitkan lengan dan menghisap kulit tangan Si Pemburu. Namun oleh pemburu perlawanan gurita ini tidak begitu menakutkan dan bahaya. Buktinya setelah gurita berhasil ditangkap, pemburu ternyata punya trik tersendiri untuk melemahkan tenaga gurita yaitu dengan membalikkan kulit kepalanya hingga bagian kepala atas masuk kedalam. Konon, dengan cara ini, gurita tidak dapat melihat dan tenaganya makin melemah.
Setelah ini dilakukan gurita selanjutnya dimasukkan dalam karung. Para pemburu kemudian kembali menyisir lokasi lainnya dengan cara melihat ke dalam air dengan permukaannya yang transparan. Memang agak miris juga melihat saat pemburu membalikkan kulit kepala Si Gurita, karena tentu dia merasa sangat kesakitan. Tapi hanya dengan cara itu, gurita dapat dilumpuhkan untuk bisa dibawa pulang.
Lokasi tempat gurita bersembunyi dan diburu tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Kira-kira sekitar 200 meter dengan kedalaman sekitar setegah meter, atau bahkan bisa lebih rendah lagi. Tradisi memburu gurita ini sudah berlangsung lama dan menjadi salah satu mata pencarian masyarakat Lhok Mee. Sebab, gurita yang mereka tangkap bisa dijual ke pasar atau dibuat asinan. Tentu rasa dagingnya yang kenyal jika dimasak dengan bumbu dapur akan menjadi menu hidangan yang luar biasa sedapnya.
Siap dibawa pulang
Terkadang gurita yang baru saja ditangkap juga langsung dibeli oleh pengunjung pantai yang ikut menyaksikan tradisi perburuan ini. Saya sendiri melihat seorang wanita membeli satu gurita yang berhasil ditangkap pemburu seharga Rp 30 ribu.
Harganya memang sangat relatif tergantung dari besarnya. Bagi nelayan setempat memburu gurita menjadi kebiasaan lain di luar menangkap ikan di laut lepas. Tidak hanya itu, tradisi perburuan gurita ini juga menjadi tontonan menarik bagi setiap pengunjung pantai itu di sore hari kala air laut mulai surut.
Bila Anda tertarik mungkin bisa melihatnya langsung lebih dekat. Jangan lupa ajak juga anggota keluarga Anda sambil menikmati panorama alam di sekitar pantai yang menyuguhkan beragan keindahan. Selamat mengunjungi.(*)
Editor's Choice
Tidak ada komentar:
Posting Komentar