Melihat Perjuangan Aceh Melawan Pandemi Covid-19, Disiplin Protkes Mulai Terabaikan - ansaridaily

Mobile Menu

Top Ads

Berita Terbaru

logoblog

Melihat Perjuangan Aceh Melawan Pandemi Covid-19, Disiplin Protkes Mulai Terabaikan

4/14/2021

Tim gabungan dari Satpol PP dan WH bersama aparat TNI/Polri di Aceh Besar menghentikan  para pengendara ke sisi jalan. Siang itu, razia penerapan disiplin protokol kesehatan tengah berlangsung di kawasan jalan Laksamana Malahayati di kawasan Lambada Lhok, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Target razia memeriksa warga yang tidak mengenakan masker. Para pengendara yang terciduk tak mengenakan masker dihalau petugas ke pinggir jalan.

 

Salah satunya M Yusuf. Lelaki yang mengendarai becak mesin ini kedapatan tidak mengenakan masker saat terjaring petugas. Saat itu Yusuf hendak ke pasar Kajhu. "Saya lupa bawa Pak," kata pria bertubuh gempal itu saat ditanya petugas. Sejenak kemudian, Yusuf diarahkan ke meja petugas untuk melaporkan identitas diri. Namanya kemudian dicatat sebagai warga yang melanggar protokol kesehatan tak memakai masker.

 

Yusuf juga disodorkan satu lembar surat pernyataan tidak mengulangi kesalahan serupa. Ia menandatangani surat itu di depan petugas. Setelah itu petugas mengarahkan agar Yusuf memungut sampah di sekitar lokasi razia. Pada siang awal November itu tidak hanya Yusuf. Ada puluhan pengendara lainnya yang terjaring petugas kedapatan tidak mengenakan masker. Mereka juga mendapat sanksi menyapu dan memungut sampah.

 

Sejak beberapa bulan terakhir Pemerintah Aceh gencar menggelar razia untuk mendisiplinkan warga menerapkan protokol kesehatan. Targetnya menyasar kedisiplinan warga menggunakan masker ketika bepergian atau berada di ruang publik dalam masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) pandemi covid-19.  Upaya ini dilakukan guna menekan laju angka penularan Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yakni virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19.

 

Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Covid-19 saat ini menjadi pandemi di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dan khususnya Provinsi Aceh. Hingga kini virus corona masih menjadi isu besar yang melanda Aceh. Meskipun intensitas penyebarannya menurun, namun masih menjadi satu kekhawatiran karena pemerintah belum dapat menekan hingga pada titik zero penderitanya.

 

Data yang dirilis Satuan Gugus Tugas (Satgas) Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Aceh per 25 November 2020, kasus akumulatif Covid-19-- sejak kasus pertama diumumkan pada 27 Maret 2020-- sudah mencapai 8.199 orang. Penderita yang  dirawat saat ini 1.150 orang, sembuh 6.741 orang, dan 308 orang meninggal dunia. Kasus konfirmasi baru bertambah sebanyak 39 orang, masing-masing warga Kota Banda Aceh sebanyak 10 orang, Aceh Tamiang 8 orang, Aceh Singkil dan Nagan Raya sama-sama 5 orang.

 

Kemudian, warga Pidie Jaya, Bireuen, dan Kota Lhokseumawe, sama-sama 2 orang. Sisanya, warga Aceh Tenggara, Aceh Timur, Gayo Lues, Pidie, warga Kota Subulussalam, masing-masing 1 orang. Sementara jumlah penderita Covid-19 yang dilaporkan sembuh bertambah 5 orang meliputi warga Kota Langsa sebanyak 3 orang, warga Aceh Barat dan Sabang, sama-sama 1 orang. “Enam orang penderita Covid-19 yang dilaporkan meninggal dunia hari ini (25 November), semuanya warga Kabupaten Pidie,” kata Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani  kepada wartawan, Rabu (25/11/2020). SAG menjelaskan, enam orang yang dilaporkan meninggal itu bukan kasus baru, melainkan kasus-kasus sebelumnya yang belum dilaporkan.

 

"Ini hasil sinkronisasi data Covid-19 Pidie dengan database Covid-19 Aceh," tutur seperti dikutip Serambinews.com dari laman www.humas.acehprov.go.id. Sedangkan untuk kasus-kasus probable di Aceh secara akumulasi saat  ini sebanyak 560 orang. Dari jumlah tersebut, 58  orang dalam penanganan tim medis (isolasi RS), 461 sudah selesai isolasi, dan 41 orang meninggal dunia. Sedangkan jumlah kasus suspek di seluruh Aceh  mencapai 4.261 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.052 orang sudah selesai masa pemantauan (selesai isolasi), 189 orang dalam proses isolasi di rumah, dan 20 orang isolasi di rumah sakit.

Penerapan 3M

Secara nasional, disiplin menerapkan protokol kesehatan dilakukan pemerintah dengan mengusung kampanye 3M. Gerakan 3M tersebut meliputi memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sebagai upaya pencegahan untuk memutus rantai penularan Covid-19. Pemerintah dan WHO, lembaga kesehatan internasional yang bernaung di bawah PBB, mengklaim menggunakan masker secara baik dan benar menjadi kunci untuk menekan penyebaran virus corona. Di Aceh penyebaran kasus konfirmasi covid-19 semula hanya bersifat imported case (kasus impor dari zona merah).

 

Tapi kini sudah berubah menjadi local transmission (transmisi lokal). Artinya penyebaran virus corona di Aceh  kini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain secara langsung. Bahkan proses penyebarannya sudah mengarah pada transmisi keluarga yang belakangan ini semakin mengkhawatirkan. Setiap anggota keluarga berpotensi membawa pulang virus ke rumah.

 

Bahkan ada di antara mereka yang terinfeksi tanpa gejala menjadi carrier virus (pembawa virus dalam tubuh) dan menularkan kepada seluruh anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam satu rumah. Sebab itu pemerintah terus berupaya mengingatkan agar masyarakat patuh dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

 

“Fungsi masker perlu sosialisasi kembali, karena para pelanggar protokol kesehatan yang terjaring dalam operasi yustisi baru-baru ini pada umumnya tidak memakai masker,” kata Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Aceh, Saifullah Abdulgani yang akrab disapa SAG wartawan saat melaporkan dinamika kasus harian Covid-19 di Banda Aceh, Senin (16/11/2020). Persoalan pemakaian masker memang menjadi isu krusial di tengah pandemi covid-19.

 

Menurut amatan Serambinews.com di beberapa lokasi ruang publik, tingkat kedisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan 3M relatif rendah seiring tren penurunan kasus konfirmasi baru covid-19 dalam sebulan terakhir. Misalkan di warung kopi tempat berkumpulnya banyak orang. Pengunjung yang memakai masker bisa dihitung jari meskipun jumlahnya ratusan orang. Sebagian lainnya mengenakan masker dengan cara yang tidak benar. Pengunjung yang menjaga jarak juga masih minim terbukti dari interaksi satu meja diisi empat hingga enam pengunjung.

 

Selain itu, beberapa lokasi warung kopi tidak menyediakan wastafel untuk kebutuhan pengunjung mencuci tangan. Potret wajah warung kopi di Aceh yang mulai 'kendor' menerapkan disiplin protkes hampir merata terjadi di Banda Aceh. Kasus yang sama juga bisa ditemui di lokasi keramaian atau ruang publik lainnya. Baru-baru ini operasi yustisi protokol kesehatan (protkes) yang digelar Satpol PP dan WH Aceh bersama TNI dan Polri, di wilayah Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, menjaring 683 orang pelanggar. Jenis pelanggaran yang ditemukan pada 12-14 November 2020 tersebut, umumnya tidak memakai masker. Padahal memakai masker dalam kondisi pandemi covid-19 saat ini menjadi sesuatu yang penting. Menurut Intermountain Healthcare, sebuah perhimpunan sejumlah rumah sakit yang berbasis di Salt Lake City, Amerika Serikat, orang terinfeksi virus corona (carrier) tidak memakai masker bertemu dengan orang sehat yang juga tidak memakai masker, risiko penularan virus corona mencapai 100%. Apabila carrier tidak memakai masker namun yang sehat memakai masker, risiko penularannya menjadi 70%. Sebaliknya, apabila carrier memakai masker tapi yang sehat tanpa masker, risiko penularannya sekitar 5%.

 

Namun, apabila carrier dan orang sehat sama-sama memakai masker, risiko penularan tinggal sekitar 1,5%, rincinya. “Potensi risiko penularan tetap ada meski sama-sama menggunakan masker, karena itu penderita Covid-19 tanpa gejala diwajibkan isolasi mandiri, dan orang sehat diwajibkan melindungi dirinya dengan masker di masa pandemi ini,” ujar Saifullah.

Tren penurunan

Upaya pemerintah memutuskan mata rantai covid-19 di Aceh terus dilakukan dengan berbagai cara. Pemerintah Aceh telah meluncurkan beberapa program di antaranya Gerakan Nakes Aceh Cegah Covid-19 (GENCAR). Gerakan Nakes Aceh Cegah Covid-19 dilaksanakan 1 -10 November 2020. Selama kurun waktu itu seluruh masyarakat Aceh yang mengalami gejala Covid-19 maupun yang pernah melakukan kontak erat dengan pasien Covid-19, secara serentak diminta untuk melakukan isolasi mandiri.

 

Dalam kurun waktu 10 hari itu juga, tenaga kesehatan di setiap daerah mengawal dan memantau warga yang melakukan isolasi, kemudian melacak dan menemukan warga yang bergejala dan kontak erat. “Seluruh tanaga kesehatan di Aceh yang berjumlah 38.984 orang adalah ujung tombak dalam aksi ini,” ujar Sekda Aceh Taqwallah saat memberi pembekalan kepada para nakes di Aceh 26 November lalu. Ada tujuh tujuh langkah yang menjadi tugas para tenaga kesehatan dalam menyukseskan program GENCAR.

 

Pertama, melakukan pencatatan terhadap warga yang bergejala Covid-19 serta warga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif Covid-19. Kedua, petugas akan mengarahkan serta membantu memfasilitasi mereka untuk melakukan isolasi baik di rumah pribadi maupun di fasilitas khusus yang disediakan. “Ketiga, para Nakes akan memantau perkembangan dari warga yang melakukan isolasi,” kata Dr dr Syahrul yang hadir dalam kegiatan pembekalan tersebut. Selanjutnya, para Nakes juga akan memfasilitasi terkait kebutuhan logistik warga yang melakukan isolasi. Tak hanya itu, para Nakes juga akan membantu mencegah peredaran informasi hoax di kalangan masyarakat, termasuk menyediakan informasi resmi bagi mereka.

 

“Terakhir, para Nakes akan selalu mengarahkan warga untuk menerapkan protokol kesehatan,” kata dr  Syahrul seperti dikutip Serambinews.com dari laman www.humas.acehprov.go.id. Program GENCAR yang diterapkan Pemerintah Aceh diklaim mendulang hasil signifikan menurunkan angka konfirmasi baru covid-19 di Aceh.(*)

Editor's Choice

Tidak ada komentar:



Ansaridaily TV




Update Terkini


    Beranda